Kalo ada salah satu hari paling impulsif dalam hidup kami, mungkin salah satu hari di birthday tripnya fatah adalah jawabannya. Kejadiannya bulan April tahun 2014. Bukan, kita enggak lagi April Mop-an

“Fit, birthday trip besok ke Singapur yuk. Berangkat jam 10 pagi, pulang jam 7 pagi besoknya” Kata fatah tanpa rasa bersalah, kaya ngajak ke Pecenongan beli martabak.
“Hah? Bukannya ke Malaysia?” Tanya gue bingung.
“Bosen kalo berhari-hari di Malay terus, tiket ke singapurnya 100 ribu lho. Aku lanjutin ke pembayaran sekarang, ya?”

Mendengar kata “seratus ribu” radar perahu kertas gembel gue bekerja cepat

Seratus ribu, semalam di Malaysia, eh salah itusih lirik lagu, bobok cantik di bandara Changi, ke Sunflower garden, jajan es krim uncle, naik MRT sampe mabok

“Oke deal, daripada uangnya buat nginep, mending buat naek pesawat yeee hahahaha” Otak yang nggak pernah bisa mikir panjang ini menjawab dengan sekenanya. Kurang dari 24 jam di Singapura dengan perencanaan beberapa hari sebelumnya. Hmmmmm kurang kerjaan juga hahaha

*
Setelah puas muter-muter terminal di Changi untuk sekadar nyari jodoh tempat keluar dan stasiun MRT (tentu saja setelah dikeplak fatah berkali kali karena gue nggak inget inget sama jalan) akhirnya sampailah kami di sini. Menikmati sepotong es krim satu dollar alias uncle ice cream yang udah enggak satu dollar lagi. Jadi 1 dollar 20 sen, bo. Kenaikannya bisa buat bayar toilet di terminal kampung rambutan. 

“Wih enak banget ya eskrimnya” kata fatah dengan wajah serius
“Iya, beda gitu rasanya kaya yang di Indonesia” Jawab gue dengan gak kalah gaya
“Creamy lembut gimana gitu ya, apalagi wafernya” Fatah masih jadi Pak Bondan gadungan
“Mmmm fat, kayanya ini berasa enak karena kita cuma mampu beli satu deh, makannya diirit irit pula hahahah” Gue kembali ke alam nyata.

*
Singkat cerita (iyadong disingkat, biar kita masih punya stok cerita banyak :p ) kami sudah berada kembali di Changi. Setelah kecapean main dorong-dorongan trolly muterin terminal 1 ke 2 ke 3 dan seterusnya sampe Indonesia ganti presiden, akhirnya kita kecapean juga dan bobo dengan cantiknya di kursi kursi depan area check in. 

Ketika bangun, rupanya kami sudah di Eropa. Yeuuuu ngarep. Kagak lah. Bangun-bangun kami baru nyadar kalo kami harus cepet-cepet ke departure area (area keberangkatan) karena hanya disanalah sumber kehidupan berada: colokan listrik!

Dengan biadabnya kami mencharge seluruh gadget gak seberapa yang kami punya.
“Fat, aku ke orchid garden dulu ya, bentar aja”
“Bentar lagi boarding loh, yakin mau pergi?”
“Iya iya bentar aja koook, nanti kebawa mimpi kalo nggak keturutan”
“Hmmm” fatah mengizinkan dengan muka jutek. Gue melenggang dengan muka puas.

Saat gue kembali ke tempat tadi, semua gadget sudah rapi, fatah memburu gue untuk segera pergi ke gate karena waktu boarding sudah sangat dekat. Singkat cerita kami sudah duduk manis di pesawat yang akan membawa kami kembali ke LCCT Kuala Lumpur.
Seiring dengan pengingat dari pramugari untuk mematikan telepon, gue teringat sesuatu
“Fat, hp kecil aku mana ya?”
“Bukannya kamu yang bawa?”
“Enggak. Tadi aku charge juga. Tadi pas kamu ngeberesin nggak kamu masukin ke tas?”
“Enggak ada aku nggak lihat. Kamu sih pake acara main ke garden garden segala” Jawab fatah dengan nada ketus

Air mata gue menetes hingga kemudian membasahi wajah gue. Gue sesengukan. Fatah nggak ngerti bahwa hp nokia jelek butut yang udah somplak di sana sini itu berisi penuh sms smsnya dari pertama kami bertemu. Lebih berharga daripada hp jutaan. Dan pesawat ini dalam hitungan menit akan pushback (mundur dari area parkir untuk siap lepas landas, soktau ajasih)

“Bilang ke pramugarinya….” Gue masih sesengukan membayangkan hidup tanpa pacar nokia tercinta.

Fatah hanya terdiam, sejurus kemudian ia memanggil pramugari, berbicara sesuatu kemudian pergi. Gue ditinggal begitu saja. Menit demi menit berlalu begituuuu lama. Ibarat kaya orang yang nunggu calon suaminya mau baca ijab kabul, deg-degan (kaya udah pernah aje lu ah fit). Fatah belum balik juga. Gue mulai berpikir liar gimana kalo fatah ketinggalan pesawat. 

Apakah dia akan jadi TKI yang baik di sini? Apakah waktu pulang nanti dia akan fasih Bahasa india? Ya minimal singlish lah. Terus berapa lama gue harus menabung supaya bisa beliin tiket pulang untuk fatah, dan mengingat saldo ATM yang tersedia. Gue bener-bener bersiap mau cari pacar baru pasrah. Harusnya tadi gue nggak nyuruh fatah aneh-aneh..

Gue melirik jam, ini sudah mundur dari waktu seharusnya. Kami membuat pesawat delay. Seorang Fitriani dan Fatahillah membuat sebuah pesawat delay di Changi International Airport! *drum roll* Kalau di Indonesia sih nggak heran. Pesawat bisa delay cuma karena nunggu oknum yang masih otewe entah otewe darimana. Tapi ini Singapura bung, yang apa-apa selalu rapi, teratur dan diidentikan dengan denda kalau sampe ngelanggar.

“Huh hah huh hah aku ga bisa napas cape banget huh hah. Aku masuk pintu pesawatnya langsung ditutup” Manusia jelek ini sudah disamping gue lagi. Allahuakbar! *kibar bendera*

Gue yang berlumur rasa bersalah nggak berani untuk bertanya, dia darimana, sama siapa, sedang berbuat apa. No no. Dia darimana, apakah hape gue ketemu apa enggak. Kami larut dalam hening hingga pesawat mendarat di Malaysia.
*
            Gue membuka retsleting bagian depan backpack gue. Merasakan ada sesuatu yang asing disitu. Handphone nokia dan chargernya.

            Fatah tersenyum. Gue tersenyum juga, bedanya gue tersenyum malu maluin.. Ternyata ia berhasil kembali ke terminal dan mengambil hp gue, dan memasukkannya ke tas gue diam-diam. Sengaja nggak bilang di pesawat biar nggak memperburuk keadaan, katanya.  Kalo di Indonesia sih, ketinggalan gitu udah pasti besokannya udah di emperan Senen tuh hp. Rupanya dia bilang ke pramugari dan diizinkan kembali ke terminal yang jaraknya kaya Tangerang-bekasi kalo lagi banjir. Dia memohon pada petugas keamanan boarding gate, berlari sekencang-kencangnya dan kembali dengan sisa energi yang tersedia, digledah lagi oleh petugas boarding gate baru bisa balik ke pesawat. Kalo gue jadi dia mungkin udah pingsan.
            “Tau nggak, pas di gate tuh ditanya udah ketemu belum hp yang ketinggalan, terus disuruh tunjukin barangnya! Petugasnya ngira hp harga ribuan dollar kali yaaaa” Gue membayangkan fatah menyodorkan hp butut yang udah ngebuat pesawat delay, pasti malu banget :))

            “Huahahahahahah” Tawa gue tanpa ampun. Padahal semua kekacauan ini gue yang buat. “Pantesan waktu turun dari pesawat tadi sayup-sayup aku denger mbak pramugari bilang don’t forget your phone again ya sambil cekikikan hahahha kamu pasti dianggep koplak banget hahaha”

            Sekali lagi traveling mengajari kami banyak hal. Dari situ gue jadi sadar, ada orang yang bener bener sayang dengan gue even its on my worst :)
Next
This is the most recent post.
Older Post

1 comments:

Jangan segan untuk komen / bertanya / sharing ya! :)